Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Sampah

Buanglah sampah pada tempatnya. Begitu kami diajarkan di sekolah dulu. Mestinya kalian juga diajarkan hal yang sama bukan? Anak kini malah sudah diajarkan memilah sampah, menggunakan peralatan yang bisa didaur ulang dan mengurangi penggunaan plastik.

Sudah benar. Tapi bagaimana pelaksanaannya?

Regulasi sudah ada. Tapi sebagaimana hal lain di republik ini, regulasi ya tinggal regulasi. Penegakan regulasi jauh panggang dari api.

Hal yang sepele misalnya, saat dari rumah tangga sudah memilah sampahnya, apakah armada yang mengangkut kemudian sudah memilah, apakah malah tak peduli sampah sudah dipilah atau bukan dan malah mencampurkannya? Bagaimana yang dari rumah yang belum memilah? Disamaratakan dengan yang sudah? Ajib!

Tahukah kita bahwa dua pertiga sampah yang kita hasilkan nyatanya tidak terkelola? Kalau ditotal itu sebesar 25.3 juta ton/tahun sampah sesuai data yang ditampilkan web Kementerian Lingkungan Hidup. Angka nyata rasanya di atas yang sudah ditampilkan web.

Berharap pada negara? Tentu iya, karena setiap orang berhak mendapatkan layanan pengelolaan sampah yang baik. Tapi tak cukup dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, karena setiap orang harus juga dengan tidak menjadikan sampah sebagai pemangku kebijakan dan pengelola negara. Setuju?

[kkpp, 18.12.2025]

Note: tulisan ini diposting di akun instagram @tattock_ dalam rangka mengikuti Gerimis 30 Hari – Gerakan Rutin Menulis 30 Hari pada hari keempat.

Tinggalkan komentar