Kepingan Koratkarit Paling Pojok

"musuh kita adalah waktu yang tak ragu bergerak maju, dan senyummu itu, tertinggal di masa lalu"

Mei, Juni dan Gerimis yang Mengundang

Hai, Mei! Ke mana saja kamu? Bukankah angka lima puluh adalah angka cantik untuk dipadupadankan di atas kue ulang tahun bernuansa klub sepakbola yang juga tengah merayakan gelar kedua puluh di tangan dingin pelatih baru yang hanya berbekal pemain-pemain lama peninggalan pelatih sebelumnya?

Hai, Mei! Ke mana saja kamu? Tidakkah engkau berkeinginan untuk membangunkanku, membangunkan kawan-kawan dan elemen koalisi sipil untuk melawan tiran sekali lagi?

Hai Mei! Maafkan, bila tak ada perayaan di bulan Mei kemarin. Sekira seratus hari yang lalu, kecelakaan roda empat di Tol Cipali arah Jakarta telah membuat rencana di awal tahun jadi berantakan. Tiga kali operasi, luka-luka kecelakaan maupun luka-luka operasi membuatku harus mengubah pedal gas menjadi pedal rem.

Kadang aku bertanya Mei, apa maksud dari semua ini? Sudahkah engkau melihat bangkai mobil yang kecelakaan itu, Mei? Aku harus bagaimana? Bersyukur? Merasa mendapat kesempatan kedua untuk melakukan hal-hal yang belum dilakukan?

Juni lalu datang tanpa permisi membiarkan Mei terdiam. Juni mengabarkan gerimis yang tak seromantis hujan di Bulan Juninya Sapardi. “Kalau semua datang tanpa membawa tulisan, kita besok terbit kertas kosongan kah?” Omelan Mbak Redpel dua puluh lima tahun lalu bergema dan berdengung menakutiku.

Memberanikan diri, sambil menggendong tangan kiri yang masih lumpuh, saya berseru melawan tenggat waktu: Hai Juni! Izinkan aku menari di bawah gerimismu!!

[kkpp, 30.11.2025]

Note: tulisan ini dibuat untuk “Gerimis” – Gerakan Rutin Menulis selama 30 hari. Diposting di instagram @tattock_ pada tanggal 1 Juni 2025

Tinggalkan komentar