Kalau Anda membaca judul di atas terbacanya ‘podomoro’, tenang, jangan panik, saya juga begitu pas membaca sebuah meme di linimasa twitter (saya kok gak terbiasa menyebut dengan X ya … ).
Berikut memenya:

Rupanya ini jawaban dari pertanyaan seorang kawan yang menanyakan, mengapa kok lima – dua lima di postingan saya sebelumnya. Sebelum saya menggunakan jurus lima – dua lima, saya sempat menggunakan lima belas – empat lima. Saat menggunakan jurus yang lama itu terasa masih belum seperti yang saya harapkan. Lima belas menit sering bablas karena terlarut ke dalam jebakan handphone. Tapi ketika menggunakan lima – dua lima, lebih pas. Hal utama yang kita kerjakan bisa ada progress, sementara whatsapp tidk menggunung layaknya timbunan sampah.
Hari ini saya baru tahu kalau jurus lima – dua lima itu ternyata bernama lain “The Pomodoro Technique”. Nama yang saya baru tahu barusan. Bagi penemunya, Francesco Cirillo, dan juga penggunanya barangkali, teknik ini bermanfaat untuk managemen waktu dan mengontrol saat terdistraksi saat mengerjakan tugas yang utama. Bahkan mereka percaya bisa memperbaiki sakit punggung dan menjaga agar selalu termotivasi.
Saya sudah mencoba dan ada benarnya. Tugas utama yang sering terdistraksi karena whatsapp yang hiruk pikuk, bisa dijaga pada level secukupnya ketika masa 5 menit dan lanjut mengerjakan hal lainnya untuk masa dua puluh lima menit berikutnya.
Tapi jangan dicoba jurus ini jika Anda punya pimpinan, customer, klien ataupun pasangan yang sebegitu toxic-nya meminta Anda untuk sesegera mungkin menjawab whatsapp dari mereka. Jika begitu, selamat, Anda sepertinya perlu mencari jurus lain saja. Podosoro technique atau apa.
[kkpp, 17.12.2024]

Tinggalkan komentar