fiksi

Senyum Temaram

Terbangun pada jelang fajar. Suasana temaram menyapa kesadaran yang belum sepenuhnya terjaga. Ah iya, ini kan di Gili Trawangan, bukan Surabaya. Dilanjutkan tidurnya, sambil memeluk istrinya yang baru dinikahi seminggu yang lalu. Senyum lepas pada wajah terlelap di sampingnya membuatnya segera ikut kembali terlelap.

Gili Trawangan - Suatu Pagi

***

Lima belas tahun yang lalu, senyum itu telah menghantuinya. Temaram malam di malam api unggun tak dapat menyembunyikan keindahannya. Sayang ia tak cukup berani menyapa pemilik senyum dari gugus depan 1) tetangga itu. Hingga akhirnya, suara kakak pembina yang mengasuh acara malam itu membuatnya semakin menggigil, “Radit. Regu Rajawali Gudep Kosong Tujuhbelas. Maju ke depan. Tugasmu berjoget menemani Ratri Regu Melati Gudep Kosong Tigapuluh.” Ya, nama pemilik senyum itu adalah Ratri. Sementara peserta api unggun lainnya kian tergelak melihat tarian robotnya karena sepenuhnya ia menggigil.

***

Dua tahun yang lalu, seorang laki-laki muda merutuk dalam hati, “Ah, angin apa yang membawaku ke tempat gelap ini.”

“Sudahlah, Dit. Tinggal masuk saja. Di dalam mau ngapain terserah kamunya. Namanya juga laki-laki dan wanita di ruang yang sama,” ujar seseorang yag lebih berumur menyemangati laki-laki itu. “Tinggal pilih saja mau yang mana.”

“Ah, Boss saja yang memilihkan. Boss kan lebih pengalaman”

“Haha, soal selera bukan masalah pengalaman, Dit,” katanya sambil menyodorkan daftar kumpulan foto cewek-cewek dengan nomor di bawahnya.

Diamatinya daftar itu. “Pasti banyak tipuan sotosop ini, mana temaram pula,” rutuknya dalam hati. Sementara temannya menggodanya,”Dit, dit, milih cewek gini aja kayak mau milih istri aja. Banyak banget pertimbangannya. Kalau tidak cocok, besok datang lagi, hahaha.”

“Ah, resek loe, boss,” ujarnya sambil tergesa menunjuk nomor tiga puluh ke gadis manis GRO 2) yang menemani mereka berdua. “Baik, mari kami antar ke kamar,” kata gadis itu.

***

Kamar itu cukup bersih. Bahkan boleh dibilang standar hotel berbintang. Tetapi temaram membuat jantungnya berdetak. Seumur-umur baru kali ini dirinya nyasar ke tempat beginian.

“Selamat malam,” seseorang masuk ke kamar setelah mengetuk pintu. “Benar dengan nomor tiga puluh, kan pak? Kok masih belum dibuka bajunya?” lanjutnya tanpa jeda dan terasa ampyang karena terdengar di-riang-riang-kan.

Radit menoleh ke sumber suara. Dandanan dan temaram tak mampu menyembunyikan senyum itu. Senyum yang menghantuinya sejak tiga belas tahun yang lalu, akhirnya diketemukan lagi.

“Ratri?”

[kkpp, 31.07.2011]

1) gugus depan: satuan pramuka, biasanya satu sekolah punya dua nomor berurutan, yang ganjil untuk satuan putra, yang genap untuk satuan putri

2) GRO: guest relation officer

Standar